Puisi Baru dan Lama: Pengertian, Ciri-Ciri. - Essay.Co.Id.
Puisi bebas adalah puisi yang menghendaki penciptaan ritme tersendiri yang khas bagi setiap karya. Dalam khazanah sastra yang memiliki puisi bermetrum di latar belakang, puisi bebas melepaskan diri dari kerangkeng formula penulisan puisi, tetapi sekaligus telah dirasuki oleh ”hantu-hantu” metrum yang bergentayangan memainkan irama-irama tersembunyi. Dalam khazanah sastra yang tak dikuasai.
Menikmati karya sastra merupakan suatu kegiatan memberikan apresiasi terhadap karya tulis format sastra sebagai karya mulia tentang preferensi hakikat hidup dan kehidupan manusia. Kebiasaan menikmati karya sastra memberikan nilai lebih dalam berbagai wacana, misalnya sosial, religi, kamanusiaan, heroisme, moral, filosofis.
Seperti yang diutarakan sebelumnya bahwa karya sastra bergantung pada konteks budaya, konvensi pada karya sastra pun bisa berubah seiring dengan perubahan budaya masyarakat. Dari ketiga unsur pembangun puisi di atas, rima adalah salah satu unsur pembangun puisi yang, terutama, terlihat pada puisi-puisi lama Indonesia, seperti mantra, pantun, dan gurindam.
Abrams didalam “Pengkajian Sastra” (2005: 57), beliau mendeskripsikan bahwa kritik sastra itu merupakan cabang ilmu yang berurusan dengan suatu perumusan, klasifikasi, penerangan, serta juga penilaian karya sastra.Menurut Rene Wellek dan juga Austin Warren, studi sastra (ilmu sastra) mencakup tiga bidang, yakni: teori sastra, kritik sastra, serta sejarah sastra.
Sastra adalah karya tulisan yang halus (belle letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa. harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil. Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis).
SAWAH Puisi karya: A. Hasjmy Sawah tersusun di lereng gunung, Berpagar dengan bukit barisan, Sayup-sayup ujung ke ujung, Padi mudanya hijau berdandan. Di danau perawan duduk menyulam, Matanya memandang padi hama, Sekali-kali ia bernalam, Dipetik dari hati mudanya. Kalau turun pipit berkawan, Merayap hinggap dimayang padi, Terdengar teriak suara perawan, Menyuruh pipit menjauhkan diri.
Hal ini dilihat dari beberapa karya sastra yang berupa puisi, prosa, drama, cerpen, dan novel. Karya-karya perlawanan yang ada pada angkatan 66 ditandai oleh pengakuan Taufik Ismail dalam buku Tirani dan Benteng terbitan Yayasan Ananda Jakarta (1933). Taufik Ismail adalah sastrawan yang mempelopori puisi-puisi demonstrasi pada angkatan 66, hal ini menandakan suatu kebangkitan angkatan 66 dalam.